Oleh: Ustaz Rendy Rezha
ChanelMuslim.com – Dalam sebuah nasehat panjang dari imam bukhori bagi para pencari ilmu ada yang menarik ketika seseorang telah atau dianggap berhasil menguasai ilmu tertentu maka akan ada 4 ujian.
“….Tapi seketika itu pula dia akan diuji dengan empat ujian : musuhnya dengki, celaaan sahabatnya, makian dari orang bodoh, dan keirian ulama.”
Dalam ini pesannya. Musuhnya merasa dengki, karena nggak suka melihat kebaikan di orang itu. Sahabatnya mencela atau kalau bahasa kita mah nyinyir, karena merasa nggak yakin karena kan temannya sendiri (selevel). Makian dari orang bodoh, nah kalau ini merasa lebih pintar padahal bodoh.
Dan yang paling dalam itu adalah ‘keiirian ulama atau orang berilmu’, astaghfirullah.
Iya sih, kadang tarikan merasa lebih baik, lebih berilmu, lebih memahami itu kuat banget karena kotornya hati.
Bagi orang yang sering ngingetin orang lain akan kebaikan-kebaikan dan dimuliakan maka kalau dalam bahasa saya jadi ‘tukang sampah (bersihin hati orang)’ tapi lupa mandi setelah bersihin sampah maka ya kotoran sampahnya bisa jadi nempel di orang itu.
Bahasa guru saya, “Nggak mungkin tukang sampah nggak bau sampah.”
Ini saya lagi ngaca ke diri sendiri yang banyak sampah. Seringkali ilmu menjadi ujian bagi dirinya sendiri. Ujian orang berilmu salah satunya adalah kerendahan hati.
“Ah saya sudah tahu… Bahkan saya tahu lebih dibanding dia.”
“Kenapa dia bisa lebih populer dibanding saya yang lebih paham? Apa sih hebatnya dia?!”
“Seharusnya saya yang lebih dikenal…”
Astaghfirullah…
Astaghfirullah…
Astaghfirullah….
Bahkan mendengarkan omongannya hanya untuk mencari kurangnya, hanya untuk kemudian menskakmat orang lain bahkan parahnya didepan umum walau hanya dengan sindiran namun cukup untuk membuat mematahkan dan membuat malu lawannya. Dan parahnya merasa menang dan bahagia bahkan memuji kepintaran argumennya.
Para ulama salaf berkata, “Barangsiapa mengingatkan saudaranya, lalu ia melakukannya hanya antara dia dengan saudaranya itu, maka itulah nasihat. Adapun yang menasihatinya di hadapan orang lain, berarti telah mempermalukannya.”
Imam syafi’i berakata, “Barangsiapa menasehati saudaranya dengan sembunyi-sembunyi, berarti ia telah menasehati dan mengindahkannya. Barangsiapa menasehati dengan terang-terangan, berarti ia telah mempermalukan dan memburukkannya. (Shahih Muslim Bisyar An-Nawawi (2/24)).
Pun sama halnya bagi yang dinasehati ketika sulit menerima nasehat. Penyakit merasa itu pun menghinggapi.
Wahai diriku…. Kau hanyalah orang yang ditakdirkan menjadi tukang sampah. Tak lebih. Maka janganlah kau lupa untuk membersihkan dirimu agar tak hadir penyakit-penyakit itu.
Wallahu’alam.
- Hati-Hati dengan 3 Jalur Kemurtadan - January 31, 2022
- Mewariskan Ideologi Islam - January 29, 2022
- Sebuah Renungan; Guru Bukan Begal Motor - January 28, 2022