OASE – Senja memang baru saja menyapa warga ibu kota. Cahayanya yang membias melalui kaca jendela seketika menyeruak membuka tirai-tirai wajah lelah para pekerja yang berjalan gontai untuk kembali menuju rumah setelah seharian berjibaku dalam aktifitasnya. Aku melambaikan tangan ketika sebuah bis melaju, menghampiri dan meninggalkan Jalan Sudirman sore itu.
Sejenak langkah ini berhenti untuk melihat beberapa kursi yang masih kosong, sesaat setelah beberapa anak tangga mengantarkan langkah ini untuk berada di sebuah armada yang dengan setia selalu mengantar dan menjemputku ketika mencari rezeki.
Namun sayang, tak ada satupun kursi yang tersedia di dekat jendela, tempat favoritku.
Aku melangkah menuju sebuah kursi yang di sebelahnya tertidur seorang bapak tua. Lelah mungkin pikirku saat itu.
Sesaat aku lepaskan nafas lelah dan penat ini.
Namun tanpa disangka ternyata si bapak masih terbangun dan melemparkan senyum ke arahku. Lalu ia menggeser badannya dan memberikan tempat lebih untukku. Akupun tersenyum menjawab atas senyum yang diberikannya. Ada aroma kering keringatnya yang kucium saat itu. Ia mengingsutkan tubuhnya. Aku hanya tersenyum.
Dalam kondisi seperti ini aku paham dan lebih tepatnya aku belajar untuk bisa lebih memahami bahwa keringatnya yang kucium mungkin lebih mulia dari apa yang telah aku lakukan atas diriku di hari ini. Sebuah bukti atas kegigihan dan rasa cintanya untuk keluarganya, insyaAlloh.
Ada yang lain memang ketika tanpa aku sadari bahwa ternyata aku lebih nyaman bersama mereka. Meskipun bersama mereka yang tampilannya lusuh namun aku tahu bahwa lusuhnya wajah atau pakaian mereka tidak selusuh hati mereka. Karena pernah juga aku terpaksa duduk di sebelah seorang necis dan perlente namun ternyata dengan angkuh sikapnya ia seolah menolak kehadiranku untuk berada disampingnya. Aku sadar, dan aku paham terik matahari memang telah membakar tubuh ini yang mungkin telah membuat ia tak nyaman ketika aku berada di sebelahnya.
Ini memang sebuah hal yang sepele. Namun ternyata Islam begitu perhatian dalam menyikapinya. Bagaimana cara kita bertindak. Bagaimana cara kita menghadapi. Serta, bagaimana cara kita berinteraksi dengan saudara-sadara kita.
Ada hal yang mungkin tanpa kita sadari justru membuat kita terjerumus akan dosa. Kebengisan wajah, muramnya sikap, atau mungkin kasarnya perilaku kita terhadap orang lain justru telah membuat orang lain sakit hati atas diri kita. Bukankah ketika seoarang itu terdzalimi maka setiap do’anya akan terkabul? Lalu bagaimana jika do’a mereka adalah sebuah hal yang tidak kita harapkan terjadi dalam kehidupan kita? Na’udzubillah…
Bis ini masih melaju namun kini mulai terseok diantara padatnya lalu litas ibu kota. Sang bapak telah kembali tertidur dalam berat nafasnya. Aku menghela nafas mentafakuri diri ini. Mentafakuri apa yang telah aku lakukan dan mentafakuri kekhilafan yang begitu sering aku perbuat.
Sebuah do’a, semoga setiap langkah ini selalu ada dalam bimbingan-Nya, sehingga aku bisa menjadi bagian dari mereka orang-orang yang mampu memberikan bahagia kepada setiap orang yang ada di sekeliling kita, aamiin allohumma aamiin…
Penulis : Andhika Ramdhan
Bergabung di Oase ChanelMuslim.com sejak 15 September 2017
Tanggung jawab isi konten tulisan member oase diluar tanggung jawab redaksi