ChanelMuslim.com – Aku dan kedua orangtuaku tinggal di salah satu desa di Kediri. Di rumah kecil nan sederhana yang bersandingan dengan kebon dan pohon bambu di sekitar. Aku mempunyai satu saudara perempuan. Tapi dia sudah berkeluarga dan tinggal di Malang bersama suami dan anak-anaknya.
Menjadi anak pertama sebenarnya bukan menjadi beban. Hanya saja tanggung jawabku sebagai anak yang paling tua di keluarga harus selalu kupikul sendirian. Apalagi semenjak tahun 2018 lalu, saat suamiku meninggal.
Aku kembali lagi ke rumah ini dengan kedua anakku dan tinggal bersama kedua orangtuaku. Seringkali aku membayangkan, alangkah sepinya rumah ini tanpaku dan anak-anak. Apalagi adikku sudah jarang pulang ke rumah, karena kesibukan dari adik iparku. Sehingga kami lebih sering berkunjung ke Malang untuk melepas rindu.
Dulu, saat aku masih tinggal di BSD, Kota Tangerang Selatan bersama suami dan anak-anakku, setiap kali aku akan pulang kampung ke Kediri, aku selalu bertanya pada ibu, “Ma, minta oleh-oleh apa?”
Ibuku pasti menjawab dengan, “Bawain anak-anak aja. Mereka oleh-oleh yang paling berharga.”
Seringkali aku merasa terharu dengan pinta ibuku. Ternyata sebanyak apapun uang yang kudapat dan sejauh apapun aku mengadukan nasib, yang menjadi oleh-oleh dan parcel lebaran paling dinantikan oleh orangtuaku adalah kehadiran anak-anakku.
Saat lebaran pandemi tahun lalu, ibuku harus menelan pahitnya rindu pada adikku dan anak-anaknya. Karena mereka tak bisa pulang ke kampung halaman, meski jarak Kediri dan Malang hanya tiga jam.
Masih sangat jelas di ingatanku kala itu, saat sungkem lebaran hanya ada aku dan anak-anakku di rumah. Dan ibuku pun menangis haru, sebab satu anaknya tak bisa pulang. Saat itu, sudah lebih dari empat bulan kami tidak bertemu. Karena takut akan penularan virus Corona yang berbahaya.
Memang setiap lebaran, kami tidak pernah mendapatkan kiriman parcel lebaran. Sebab di keluarga kami, tidak ada yang bekerja sebagai pegawai.
Abahku, hanya seorang petani dan peternak sapi. Jika dilihat telapak kakinya, penuh dengan lubang dan kutu air karena setiap hari harus bergelut dengan embun pagi di sawah dan juga kandang sapi.
Ibuku, hanyalah seorang ibu rumah tangga. Sehari-hari hanya di rumah dan menyiapkan makanan serta membantuku mengasuh kedua anakku.
Aku pun juga hanya pengangguran. Waktuku lebih banyak kuhabiskan untuk online dan mengurus bisnis online serta anak-anakku.
Tahun lalu, mungkin menjadi tahun terpahit karena kedua orangtuaku tak bisa mendapatkan parcel lebaran spesial yaitu kepulangan adikku. Akankah tahun ini mereka harus menelan kepahitan yang sama karena kondisi yang masih pandemi juga?
Padahal, ibuku tak pernah meminta parcel lebaran yang mewah dengan cookies yang mahal. Ia hanya ingin melihat anak dan cucunya berkumpul di rumah, sambil menghabiskan opor ayam dengan ketupat dan bakso yang selalu menjadi menu andalan.
Karena parcel lebaran bagi kami, bukanlah indahnya makanan yang ditumpuk dan dihias pita. Tapi kenangan baru yang selalu kami ukir setiap tahun saat Idul Fitri bersama keluarga tercinta.
24 Ramadan, 6 Mei 2021
- Kesan Pertamaku untuk Writing Challenge Ramadan 2021 - May 12, 2021
- Ada Doa di Balik ‘Taqabbalallahu Minna wa Minkum’ - May 11, 2021
- Doa untuk Kekasih Surgaku - May 10, 2021