ChanelMuslim.com – “ ... sebenarnya masalah yang terjadi antara orangtua dan anak lebih banyak disebabkan oleh ketidaktahuan orangtua bagaimana menghadapi anaknya yang sedang tumbuh dan berkembang.” ~ Munif Chatib
Mendidik sering mengalami penyempitan makna karena diarahkan hanya kepada lembaga pendidikan. Orangtua merasa telah ‘memenuhi’ pendidikan setelah anaknya masuk ke sekolah/pesantren yang didambakan dan melimpahkan sepenuhnya kepada lembaga tersebut. Meski secara umum, sebenarnya para orangtua mengetahui pendidikan dari keluarga sangat berperan untuk membentuk karakter dan adab anak, tetapi terkadang memilih ‘bersembunyi’ di balik alasan, seperti kesibukan, takut salah, dan sebagainya.
Alasan-alasan ‘pembenaran’ yang digunakan untuk melimpahkan pendidikan anak hanya ke sekolah/pesantren, tak jarang membuat orangtua melalaikan pembekalan ilmu mendidik. Sebuah sentilan dari Ust. Adian Husaini ini layak untuk menjadi renungan bersama, “saat ini banyak orangtua sibuk memikirkan pendidikan anaknya, tetapi tidak sibuk memikirkan pendidikan dirinya. Padahal mencari ilmu itu wajib, ya bagi anaknya, juga orangtuanya. Nabi menyuruh mencari ilmu, bukan mencari pesantren/sekolah.”
Pentingnya orangtua mencari ilmu juga tertuang di dalam buku Yuk Menjadi Orangtua Shalih! Sebelum Meminta Anak Shalih, bahkan menunjukkan bahwa dalam diri setiap orangtua sebenarnya memiliki modal mengasuh anak secara cerdas. Istilah yang digunakan dalam buku ini adalah karunia. Lima karunia yang dapat menjadi modal bagi para orangtua adalah karunia belajar, karunia konsistensi, karunia mendengarkan, karunia kiblat, dan karunia Al-Shaffat. “Built in, tanpa kita harus mencari atau membelinya terlebih dahulu, karena kelima karunia ini, karena pelbagai alasan, telah terpendam, terbisukan, terkunci, dan berkarat.” ~h. 33.
Detail dan aplikatif. Dua istilah yang menggambarkan pemaparan setiap bab karunia. Penjelasannya mendetail ditambah beberapa hal disajikan dalam bentuk tabel, sehingga mempermudah pemahaman, juga menjadi bahan introspeksi pembaca dalam mengenali karunia tersebut. Sisi aplikatif diperlihatkan melalui contoh-contoh dialog atau tindakan yang perlu diambil untuk merespon anak ketika orangtua mulai mengaplikasikan karunia-karunia yang dimilikinya.
“Ayah, Ibu …
Ketahuilah, menjadi orangtua terbaik untuk anak-anak kita
bukanlah berarti kita diharapkan menjadi orangtua ‘malaikat’
yang tak boleh kecewa, sedih, capek, pusing menghadapi anak.
Perasaan-perasaan negatif kepada anak itu wajar.
Bagaimana menyalurkannya hingga tak sampai menyakiti anak,
itu yang menjadi fokus perhatian.” ~ h.151
Introspeksi diri bagi orangtua menjadi bagian yang selalu hadir dalam setiap pembahasan, karena mendidik diri sendiri sangat perlu dilakukan sebelum mendidik anak. ” … mereka (anak-anak) tidak bisa memilih orangtua. Tapi, orangtua bisa memilih cara berkomunikasi dengan mereka.‘ ~ h. 225. Anak dapat menjadi cerminan bagaimana orangtua mendidiknya, sehingga perlu kesadaran untuk introspeksi terus menerus, sekaligus usaha mengenali tumbuh kembang dan karakter anak dengan bekal ilmu yang tidak main-main.
“ … ini bukan jaminan seseorang yang mempersiapkan diri, otomatis jadi orangtua hebat. Tetapi, setidak-tidaknya, akan selalu ada perbedaan orangtua yang rajin membaca buku pendidikan anak dengan yang tidak, orangtua yang rajin mengikuti pelatihan pendidikan anak dengan yang tidak.” ~ h. 253.
Judul: Yuk Menjadi Orangtua Shalih! Sebelum Meminta Anak Shalih
Penulis: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari (Abah Ihsan)
Penerbit: Mizania
Terbit: Cetakan 1, Shafar 1434H/Januari 2013
Tebal: 262 hlm