ChanelMuslim.com – Anak bungsuku, adek, memang terbiasa tidur bersama ibuku. Jadi saat ibu akan pergi ke masjid untuk i’tikaf, beliau berpesan padaku. Supaya adek tidur denganku. Khawatir bayi empat tahun ini terbangun saat malam hari dan panik karena mendapati dirinya tidur sendiri.
Sebenarnya dari semenjak 4 tahun lalu, aku sudah pernah berencana dengan suamiku, bahwa saat 10 hari Ramadan terakhir, kami akan rutin sahur di masjid karena mengikuti i’tikaf. Tapi sayang, saat itu anak keduaku masih umur enam bulan, jadi sangat rentan untuk menghirup hawa dingin saat dini hari. Akhirnya, niat itu hanyalah niatan.
Sekarang pun sama, saat keinginan untuk i’tikaf demi memperoleh malam Lailatul Qadr sudah bulat, tapi nyatanya harus tetap anteng di rumah karena harus menemani dua anak.
Padahal, setiap ibuku berangkat ke masjid, aku pasti terbangun. Tapi kesempatan untuk pergi ke masjid memang belum ada.
Kadang saat Ramadan usai, aku sering menyesal. Kenapa rasanya momentum ini tak kumanfaatkan. Ah, tapi penyesalan tak akan mengembalikan waktu yang sudah berlalu. Semoga tahun ini menjadi Ramadan yang lebih baik dari pada yang dulu dan tahun depan kembali Allah pertemukan dengan bulan mulia ini lagi.
Karena aku tau, rasanya kehilangan seseorang yang sangat disayang dan tak mungkin kembali itu rasanya menyakitkan. Lantas kenapa aku masih belum sadar jika kehilangan momen Ramadan pun tak kalah mengerikan? Karena belum tentu akan bertemu Ramadan lagi tahun depan.
Sering kali aku merasa iri dengan teman-temanku yang sangat mudah mendapatkan rejeki. Nama bisnis kami sama, tapi mengapa hasilnya berbeda? Dan itu terus menjadi pertanyaanku sampai saat ini.
Kadang aku pun lelah, karena terlalu mengejar duniawi dan merasa tak puas dengan pendapatanku sendiri. Karena jika dibandingkan dengan temanku yang lain, hasil ini sangatlah minim. Hingga suatu hari aku mengobrol dengan salah seorang guru.
Kutanya padanya, “Kenapa semua hasilku seakan begini saja? Padahal yang lain bisa. Perasaan caraku sama mereka juga sama. Trus aku kudu apa?”
“Buat apa sih, terlalu sibuk mikirin dunia kalau rezeki itu memang sudah diatur sedemikian rupa? Mikirin akhirat aja itu lho, yang belum mesti dapat. Dunia kan udah pasti. Mau diusahakan kaya gimana juga ya kalau jatahnya segini, ya segini,” katanya.
Kemudian saat aku mendengar kajian, ada ustadz yang mengatakan,”Mau seberapa erat kita menggenggam, kalau Allah tidak menghendaki untuk kita, maka gak akan pernah jadi milik kita. Tapi mau kita jauhi sejauh apapun dan dihalagi oleh siapapun, kalau Allah kehendaki jadi milik kita, akhirnya bakal kembali.”
Setelah itu aku pun tersadar. Bahwa semua yang kudapat sampai detik ini memang sudah ada takarannya. Yang penting bagiku sekarang adalah harus terus berdoa dan berusaha. Bagian pemberi hasil itu kan Allah, bukan manusia.
Aku berharap, semoga tahun ini bisa merasakan Lailatul Qadr meski hanya dari bilik kamar. Agar hatiku menjadi tenang, dan Allah senantiasa mudahkan semua urusan.
22 Ramadhan, 4 Mei 2021.
- Kesan Pertamaku untuk Writing Challenge Ramadan 2021 - May 12, 2021
- Ada Doa di Balik ‘Taqabbalallahu Minna wa Minkum’ - May 11, 2021
- Doa untuk Kekasih Surgaku - May 10, 2021