
ChanelMuslim.com – Pandemi membuat perubahan yang luar biasa dalam segala aspek kehidupan, tak luput juga aspek pendidikan. Mulai dari sistem pendidikan yang diprakarsai oleh Kemendikbud, sampai unit sosial terkecil yaitu keluarga. Nah, Orangtua yang “terbiasa menyerahkan” anaknya ke sekolah akan kelabakan menghadapi perubahan drastis sistem pendidikan.
Saat menonton video viral seorang bunda yang mengajari anaknya menghafal Pancasila sampai terbawa emosi, mungkin terlihat lucu, tetapi bagi sesama orangtua, video tersebut bisa menjadi gambaran realitas menurunnya kesabaran, ketidaksiapan, dan kelelahan para orangtua ketika pengajaran “terpaksa” pindah dari sekolah ke rumah.
Dalam sebuah dialog interaktif berjudul Duka Anak Sekolah, yang diangkat dalam saluran youtube Langkah Kita, ada sebuah pernyataan, yang sadar atau tidak, terucap atau terbersit dalam benak sebagian besar orangtua, akibat dari pandemi ini, “Percuma aja udah bayar mahal-mahal untuk sekolah anak.” Dalam dialog tersebut seorang psikolog mengatakan bahwa pernyataan itu dapat menjadi toxic bagi para orangtua.
Sumber-sumber toxic ini muncul dan tidak tertangani karena kekurangpahaman para orangtua atas peran sentralnya sebagai pendidik anak.
Sebuah buku yang ditulis Dr. Adian Husaini berjudul Kiat Menjadi Guru Keluarga patut dibaca oleh para orang tua.
“.. perlu kita camkan, bahwa tanggung jawab pendidikan anak itu ada pada orang tua; bukan pada sekolah, pesantren, atau universitas. Karena itu, penting dan mendesak sekali pemahaman tentang bagaimana orangtua bisa menjadi Guru Keluarga!” ~ hlm. 30
Guru Keluarga, sebenarnya istilah yang diusulkan penulis kepada negara untuk menjadi sebuah program pendidikan para orangtua supaya memiliki kesiapan berada di garda terdepan menjadi lembaga pendidikan yang utama dan pertama bagi anak-anak (hlm. 23) sehingga ada kesadaran bersama pentingnya kesiapan dan pemahaman orangtua dalam mendidik sebagai salah satu bentuk Ketahanan Keluarga.
Buku Kiat Menjadi Guru Keluarga tidak menyasar anak sebagai objek pembahasan, tetapi orangtualah yang lebih dahulu dipahamkan pentingnya mereka mencari dan menambah wawasan terkait mendidik anak. Pun, pemahaman tentang kondisi pendidikan nasional, tantangan global, dan “serangan” sekularisme yang banyak menyusup dalam segala sektor.
Berdasarkan pengalaman penulis, setiap orangtua membutuhkan enam materi pokok untuk bekal menjadi guru keluarga, salah satunya Islamic Worldview. Cara pandang ini sangat penting untuk menjadi landasan mendidik anak karena sangat terkait dengan konsep-konsep pokok dalam Islam yang akan bermanfaat untuk ghazwul fikr, saat ini yang al-haq dikerdilkan dan yang al-bathil diagungkan.
Islamic Worldview ini penting dipahami untuk menghadapi serangan dalam bentuk pemikiran yang tidak mudah dikenali. Apalagi, jika paham-paham itu dikemas dalam istilah-istilah yang sangat indah menawan, lebih sulit lagi jika menggunakan ayat-ayat Al Quran yang menyesatkan (h.66). Selain Islamic Worldview, masih ada lima materi pokok lain yang diuraikan secara singkat, yang sekaligus menunjukkan pentingnya orangtua menambah wawasan terkait materi tersebut.
“Pendidikan adab dalam keluarga adalah dasar kebangkitan diri dan umat Islam sepatutnya dimulai dari pendidikan orangtua, agar memahami masalah adab dan mampu menanamkan adab pada diri dan keluarganya. Sebelum anaknya dididik, orangtualah yang wajib mencari ilmu tentang adab.” ~ hlm. 47
Adab sangat digarisbawahi oleh penulis ketika berbicara tentang keilmuan dan ilmu pengetahuan. Pentingnya adab dijabarkan dalam bab Tanamkan Adab. Dengan meneladani nasihat Lukman Al-Hakim, yang WAJIB menjadi pegangan para orangtua. “… jatuh bangunnya umat Islam, tergantung sejauh mana mereka dapat memahami dan menerapkan konsep adab dalam kehidupan … ” ~ hlm. 38.
Inilah Ujian Iman! Menjadi bab yang membicarakan tentang hegemoni peradaban Barat yang mencengkeram hampir seluruh lini kehidupan, termasuk pendidikan. Sekularisme menyusup dalam dunia pendidikan dan pergaulan sehingga kejelian para orangtua dibutuhkan untuk memantau pemikiran, semisal melalui bacaan atau obrolan dengan anak mereka.
Negara yang besar adalah yang mendidik generasinya siap menghadapi tantangan global dan pemikiran, bukan sekadar pekerja. Melahirkan generasi yang inovatif, cerdas, dan berakhlak, bukan sekadar pengekor. Dan, Pendidikan Islam sangat memungkinkan memenuhi target tersebut. Kebesaran nama ilmuwan-ilmuwan muslim telah membuktikan kebenarannya. Satu lagi, Pendidikan berbasis adab akan terpenuhi ketika tidak ada lagi pengotakan antara agama (wahyu) dan ilmu-ilmu modern.
“… sudah menjadi kewajiban orangtua untuk memahami konsep ilmu dalam Islam beserta tantangannya dalam dunia pendidikan. Apapun kondisi pendidikan nasional kita saat ini … pemahaman konsep ilmu yang benar akan menjadi modal penting dalam mendidik anak dengan baik.” ~ hlm. 82
Judul: Kiat Menjadi Guru Keluarga
Penulis: Dr. Adian Husaini
Penerbit: Pustaka Arafah
Cetakan: Kedua, Desember 2019
Tebal: 100 halaman